Trik Sales Mengubah Pembeli Potensial Menjadi Pembeli Riil

Sumber : www.freedigitalphotos.netKeinginan untuk memiliki suatu barang yang didam-idamkan selalu saja membuat kita menggebu-gebu untuk mendapatkannya. Apalagi dengan perkembangan teknologi yang semakin maju, semakin banyak pula barang-barang yang menjadi impian setiap orang. Misalnya mobil, hampir pasti setiap orang ingin memilikinya, apalagi sekarang sudah tersedia banyak type dan variasi harga yang ada di pasaran.

Bukan hanya mobil saja yang menjadi impian setiap orang, saya yakin rumah juga menjadi sesuatu yang sangat didambakan untuk dimiliki. Terlebih lagi bagi mereka yang sudah berkeluarga, pasti sangat memimpikan untuk membeli rumah. Dengan paradigma ekonomi yang berlaku bahwa harga rumah semakin lama samakin naik, setiap orang sangat menggebu-gebu untuk mewujudkan keinginan untuk menempati rumah yang menjadi incarannya
Keadaan seperti inilah yang secara lihai dimanfaatkan oleh para sales officer untuk jualannya. Mereka betul-betul memahami kondisi psikologis calon konsumennya, yakni hasrat untuk segera memiliki. Mereka sepertinya sudah tahu bahwa calon konsumen 'saya' ini sepertinya sudah kebelet untuk memiliki apa yang 'saya' jual ini. Entah ilmu apa yang mereka miliki, mereka tahu benar bahwa si calon pembeli benar-benar berhasrat untuk memiliki jualannya.

Dengan iming-iming fee dan bonus yang mereka dapatkan ketika mereka berhasil menjual produk yang mereka pasarkan, segala macam cara mereka tempuh untuk mencapai targetnya. Tentu saja berbagai macam cara ini haruslah dalam batas-batas kewajaran. Awalnya, perusahaan-perusahaan melakukan berbagai hal untuk menarik calon pembeli potensial, kemudian beberapa trikpun dilakukan untuk menjadikan pembeli potensial tersebut menjadi pembeli riil atas produk yang mereka tawarkan.

Untuk menarik pembeli potensial saya yakin kita sudah tahu semua. Menurut pandangan awam saya, dengan mengadakan pameran di pusat-pusat perbelanjaan maupun di gedung-gedung khusus untuk itu merupakan salah satu cara untuk mendatangkan pembeli potensial. Melakukan promosi melalui media cetak maupun media elektronik juga merupakan salah satu strategi yang cukup efektif untuk menarik masyarakat untuk dijadikan calon pembeli potensial.

Bukan hanya pameran dan melalui media cetak dan elektronik saja yang ditempuh yang lumayan menghabiskan dana yang cukup besar. Mereka juga menempuh cara lain yang lebih murah, misalnya menyebar brosur atau flier dan memasang spanduk di tempat-tempat yang strategis. Menjadi sponsor pada event-event yang melibatkan banyak orang, juga menjadi salah satu strategi yang ditempuh untuk memperkenalkan produk mereka. Dan masih banyak lagi strategi pemasaran lainnya untuk memunculkan pembeli potensial.

Setelah menarik minat pembeli-pembeli potensial, langkah yang ditempuh berikutnya tentu saja memunculkan calon pembeli yang benar-benar membeli produk mereka. Pada moment ini, mereka benar-benar harus serius dalam menggarapnya. Jangan sampai, segala hal yang telah ditempuh dalam menarik calon pembeli potensial akan menjadi sia-sia belaka. Jangan sampai dana yang dikeluarkan hanya mubazir karena hanya mentok di 'pembeli potesial belaka'

Disinilah peran sales officer sebagai ujung tombak perusahaan dalam mentransformasi pembeli potensial menjadi pembeli riil atas dagangan yang mereka jual. Ada beberapa strategi yang ditempuh untuk menarik pembeli potensial. Dengan sedikit trik, konsumen yang awalnya hanya bersifat sebagai pembeli potensial berubah menjadi pembeli riil.

Sayalah yang pernah menjadi konsumen yang beralih dari pembeli potensial menjadi pembeli riil. Beberapa waktu lalu saya berhasrat untuk membeli salah satu property di Makassar. Yah, awalnya sich cuma 'sekedar ingin' saja, karena saya yakin tidak mungkin untuk membeli property yang kedua, dikarenakan faktor adanya kebutuhan lain yang lebih mendesak. Selain itu, saya juga penasaran dengan harga pasaran property tersebut yang kebetulan tidak jauh dari tempat tinggal saya, hitung-hitung untuk mengetahui nilai pasar atas property saya yang sekarang.

Didasari karena kengintahuan akan harga property tersebut, akhirnya saya pergi menemui salesnya untuk sekedar bertanya-tanya soal harga. Dalam situasi ini saya yakin, si sales sudah menganggap saya sebagai pembeli potensial. Dan saya perhatikan si sales benar-benar melayani saya, seolah-olah benar-benar serius mau membeli jualannya. Sekarang, si sales sudah menyiapkan triknya untuk menarik saya menjadi pembeli riilnya.

Pertama si sales tentu saja menjelasakan beberapa keuntungan yang diperoleh dengan membeli property tersebut, pastinya yang bersangkutan menjelaskan tentang lokasinya yang strategis. Kemudian si sales menjelaskan bahwa peminat property tersebut sangat banyak, dalam artian property tersebut sangat laku. "Jadi, kalau Anda mau segera kabari saya, soalnya unit yang tersisa hanya dua, itupun sudah ada yang indent", begitu kata salesnya sebagai salah satu strategi untuk menjadikan saya sebagai pembeli riilnya.

Kemudian si sales juga ngomong, "Ambil saja pak, property pastinya jauh lebih murah kalau masih dari tangan depelover langsung" Dan kata-kata yang paling pamungkas adalah "Harganya bulan depan sudah mau naik, pak". Yah kalimat inilah yang menjadi senjata pamungkas bagi para depelover untuk menjadikan kita dari pembeli potensial menjadi pembeli riil. Meskipun kenyataannya, harganya belum berubah sesuai hasil pengamatan saya pada bulan berikutnya.

Di atas adalah kasus property, yah kurang lebih sama pada produk otomotif. Pernah suatu ketika, teman saya sudah tidak sabaran untuk membeli mobil, supaya ada yang dipakai buat lebaran. Kebetulan istri teman saya berhasrat memiliki mobil berwarna merah. Begitu ke dealer, ternyata oleh si sales mengatakan bahwa warna merah stoknya belum ready. "Kalau mau ada yang warna putih, dan barangnya ready, bahkan kalau Bapak sudah menyelesaikan administrasinya minggu depan mobilnya sudah bisa diambil," begitu ucapan salesnya. Dan akhirnya karena ketidaksabaran, si teman memutuskan untuk membelinya.

Pastinya kahn ketika teman saya mau bersabar yang bersangkutan bisa menunggu untuk mendapatkan mobil yang berwarna merah. Dan tentu saja yang menjadi pemenang di sini adalah si sales. Pertama, si sales berhasil menjadikan teman saya dari pembeli potensial menjadi pembeli riil. Kedua, si sales terpenuhi target penjualannnya. Kenapa? bisa saja bulan depan si teman beralih ke sales lain, atau berubah pikiran tidak jadi beli mobil atau beralih ke merek/dealer lain. Trik lain yang sekarang lagi ngetrend di dunia otomotif, adalah test drive. Untuk test drive saya tidak perlu berbicara panjang lebar, mungkin kasusnya sama pada paragraf berikutnya.

Untuk produk makanan dan minumanpun demikian, beberapa strategi dijalankan untuk mendapatkan pembeli riil. Terutama di swalayan-swalayan besar semisal carrefour, seringkali kita jumpai sales menjajakan tester minuman atau makanan yang mereka promosikan ke pengunjung swalayan. Mereka sudah tahu bahwa secara psikologis pengunjung yang mencicipi jualannya, pasti akan malu jika tidak membelinya. Jadilah, pengunjung yang merupakan pembeli potensial berubah menjadi pembeli riil atas jualan mereka.

Pernah juga terjadi, di salah satu pusat perbelanjaan. ketika itu keponakan saya ingin membeli sepatu. Dan sudah menemukan sepatu pajangan yang dinginkannya. Terus sang keponakan meminta yang baru, tidak mungkin kahn membeli yang pajangan, Ternyata chech per check sepatu tersebut memilki cacat halus yang hanya bisa kelihatan jika dilihat secara seksama. Terus sang keponakan minta ganti yang lain, si sales ke gudang, dan hanya sekejap kembali lagi dan mengatakan stocknya cuma itu. Dalam benak saya, apakah secepat itu mencarinya? Akhirnya saya putuskan, kalau memang tidak ada, tidak usah dibeli.

Saya beranggapan, bahwa itu hanya akal-akalan si sales aja. Biar sepatunya cepat laku, jadi si sales ngomong bahwa stocknya sisa itu. Yah itulah macam-macam trik sales biar dagangan mereka cepat laku. Saya perlu sampaikan di sini, apa yang saya tulis ini adalah kejadian yang saya alami, jadi murni adalah pendapat saya sendiri. Bisa saja mungkin berbeda bagi Anda, atau Anda mungkin memiliki penilaian yang berbeda terhadap kasus-kasus yang ada dalam tulisan ini. Okey, sekian dulu! Semoga bermanfaat! (@Mksr#19122014)

Disclaimer: Tulisan ini adalah murni pendapat dan pengalaman penulis semata, tidak bermaksud memojokkan atau mendiskreditkan seseorang atau profesi tertentu.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama